Jangan pernah biarkan, jarak dan tempat menghalangi kita untuk tetap terhubung dan berkomunikasi.

Jumat, 20 Mei 2011

Wanita Berkaki 38

    Saya selalu hidup dalam moto sebuah  pengendara mobil, " selalu melihat kedepan, dan lebih jarang melihat spion ke arah belakang". Karena saya percaya, saat kita masih terus terbelenggu dan terpenjara dalam masa lalu, maka kita tidak akan pernah mampu melangkah jauh ke depan. Bagi saya masa lalu , adalah sebuah masa  yang tak lebih sebuah kenangan, yang mungkin pantas diingat, hanya sebagai pembelajaran saat melangkah ke depan. ia tak lebih seperti guru, dan pengalaman yang mengajarkan untuk tidak terjebak pada kesalahan yang sama berulang kali.Dan filosofi pengendara mobil, kaca depan selalu lebih besar dari pada spion untuk melihat kebelakang, karena masa depan menjanjikan sesuatu yang lebih besar untuk kita dari pada masa lalu yang tak jarang menyakitkan. Masa lalu tetaplah masa dimana semua tidak bisa kita ubah, semua telah terjadi, bahkan orang-orang di dalamnya pun telah berubah. Dan masa itu mengajarkan kepada saya untuk berdiri tegak dan menerima keadaan, menerima segala tindakan saya terdahulu dan segala akibatnya. Saya adalah orang gagal, tapi sekali lagi saat pelaut terbalik akibat arus yang keras, hal terpenting bukanlah pelayaran yang sempurna tanpa insiden, tapi seberapa cepat ia dapat naik kembali ke atas kapal dan kembali menaklukkan arus. Tak ada pelaut handal lahir dari arus yang tenang, dan tak ada manusia dengan kualitas terbaik yang lahir dari hidup yang datar-datar saja. Arus pertama saya mungkin telah saya lewati, arus yang pernah hampir membuat saya gila pada masanya. Arus yang hampir membuat saya kehilangan kendali saat berlayar, arus itu memang telah membuat saya kehilangan, yang terbesar sampai saat ini. tapi sekali lagi, sekarang itu semua tak lebih dari sebuah kenangan, dan pelayaran saya tampaknya masih akan belum berakhir sampai disana, saya masih berlayar, masih melawan setiap arus yang datang, dan masih mencari pelabuhan untuk berlabuh, dan melanjutkan pelayaran. seperti filsafat pelaut " nafasku angin laut, darahku air laut, tulangku karang laut, aku akan tetap melaut, sampai maut menjemput". 
   Dan esensi kehidupan bahwa waktu untuk belajar tak akan pernah habis, kini pengalaman itu yang saya jadikan guru pada kejadian yang sama. Saya pernah melawan arus ini, ia datang kembali, hampir sama, hanya saja sedikit berbeda, ia tidak membuat saya kehilangan seseorang, tapi membuat saya berhenti bermimpi karena saya kehilangan kesempatan dan harapan. Saya tahu, apa yang harus saya lakukan saat arus ini datang, seperti apa saya harus menggerakkan gayung, melawan arus. Untuk arus bernama wanita berkaki 38, Ia arus yang indah, selalu menawan dan mempesona dalam setiap tindakannya. Ia arus yang sederhana dalam hidupnya, paling tidak itu yang saya tahu saat beberapa saat tenggelam di kehidupannya. Ia arus yang selalu tersenyum, dan menjadi gambaran wanita bahagia untuk saya. Pernah berharap ia akan menjadi pelabuhan sebelum saya kembali berlayar dalam gelombang. Tapi sekali lagi, arus ini mengajarkan saya untuk ikhlas, untuk dapat menerima bahwa tidaklah semua kehendak harus terjadi, bahwa tidaklah semua ingin harus terpenuhi, bahwa terkadang, kita harus merelakan seseorang bahagia, bukan dengan kita. Ia arus yang sama seperti arus saya sebelumnya, Selamat Ulang Tahun Wanita Berkaki 38.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar